Trump menjadi trending di media sosial Tiongkok, dan banyak yang bersukacita
Ketika Donald Trump menjadi mantan presiden AS pertama yang di hukum karena kejahatan pada hari Kamis, putusan bersejarah tersebut memicu minat yang besar – dan cukup banyak rasa tidak puas hati – di Tiongkok.
Sebagai negara adidaya otoriter yang sedang berkembang. Tiongkok telah lama berupaya memproyeksikan sistem politiknya lebih unggul di bandingkan demokrasi Amerika.
Meskipun persidangan terhadap Trump merupakan sebuah keuntungan bagi narasi tersebut, persidangan tersebut juga menawarkan peluang menuju sesuatu yang tidak terbayangkan dan berbahaya bagi Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa – yaitu seorang pemimpin terpilih yang harus bertanggung jawab oleh pengadilan dan jaksa independen. Dan di hukum oleh juri yang setara dengan rekan-rekannya.
Selama berbulan-bulan, para propagandis Tiongkok telah berupaya menggunakan dakwaan Trump untuk memperkuat narasi Beijing mengenai kemunduran Amerika Serikat. Dan menyebut perjuangan hukum selama berbulan-bulan sebagai contoh utama polarisasi dan disfungsi politik Amerika.
Dan ketika Tiongkok pada hari Jumat sadar akan berita tentang hukuman Trump atas 34 tuduhan kejahatan karena memalsukan catatan bisnis, media sosial yang sangat di sensor di negara tersebut menjadi ramai.
Di Weibo, platform mirip X di Tiongkok, putusan tersebut menjadi trending topik teratas. Di tonton lebih dari 120 juta kali pada sore hari.
“Pendukung Trump, cepat dan mobilisasi, serang Capitol.”Kata sebuah komentar teratas dalam laporan singkat kantor berita negara Xinhua.
Yang lain berkata: “Kamerad Pembangun Bangsa, Trump tidak seharusnya berjuang sendirian.”
Trump menjadi trending di media sosial Tiongkok
Di internet Tiongkok, mantan presiden AS ini mendapat julukan Chuan Jianguo, atau “Trump. Pembangun bangsa (Tiongkok)” selama masa jabatannya – sebuah sindiran yang menunjukkan bahwa kebijakan luar negerinya yang isolasionis dan agenda dalam negeri yang memecah belah sebenarnya membantu Beijing untuk menyalip Washington di panggung global.
Beberapa tokoh nasionalis dengan gembira mengejek putusan tersebut. “Tampaknya pada tahun 2024, perang saudara di Amerika bukan hanya sekedar mimpi!”
Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, pemimpin Tiongkok yang paling tegas dalam beberapa dekade terakhir, platform media sosial Tiongkok semakin di dominasi oleh suara-suara nasionalis dan anti-Amerika.
“Meski dia bersalah, dia tetap bisa mencalonkan diri sebagai presiden. Seorang ‘penjahat’ bisa menjadi presiden – ini adalah aspek konyol dari demokrasi gaya Barat,” kata yang lain.
Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi tabloid nasionalis Global Times yang di kelola pemerintah. Juga ikut memberikan pendapatnya.
Namun para analis mengatakan hukuman terhadap Trump bisa menjadi topik yang sulit untuk dinavigasi oleh para propagandis negara Tiongkok.