Kebijakan hilirisasi energi menjadi perdebatan hangat menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres).
Hilirisasi nikel sudah berlangsung cukup lama. Pemerintah mengklaim kebijakan ini telah membuahkan hasil, terlihat dari tambahan penerimaan negara, ekspor dan perekonomian daerah.
Prabowo-Gibran
Calon presiden Prabowo Subianto menegaskan akan melanjutkan program hilirisasi pertambangan yang telah dijalankan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Ia bahkan mendorong pemerintah untuk siap membangun smelter sendiri.
Ia mengatakan bahwa BUMN dan sektor swasta akan memainkan peran penting dalam menjalankan program ini. Namun, tambahnya, pemerintah juga harus siap jika pihak swasta ternyata enggan.
Prabowo meyakini bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya, sehingga harus siap jika harus membangun smelter sendiri.
Hilirisasi adalah proyek yang dibanggakan Jokowi. Pemerintahan Jokowi kerap membanggakan hilirisasi karena mampu menciptakan nilai tambah yang melimpah. Nilai ekspor hilirisasi nikel, misalnya, pada tahun 2022 mencapai US$ 33,81 miliar atau Rp 504,2 triliun.
Ganjar-Mahfud
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD akan memprioritaskan program hilirisasi industri di Indonesia.
Hal ini tertuang dalam dokumen visi misi pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD 2024-2029. Dalam dokumen setebal 62 halaman tersebut, mereka mengusung visi dengan tema “Menuju Indonesia Unggul, Bergerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Berkeadilan dan Berkelanjutan”.
Salah satu dari delapan misi Ganjar-Mahfud adalah ‘mempercepat pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan dan nilai tambah’.
Terutama untuk menciptakan produk akhir yang bernilai tinggi dengan fondasi industri hulu dan kebijakan TKDN.
Hilirisasi di Era Presiden Jokowi
Salah satu komitmen Presiden Jokowi dalam menggenjot hilirisasi adalah melalui aksi pelarangan ekspor bijih nikel sejak Januari 2020. Alhasil, kebijakan hilirisasi tersebut berdampak positif terhadap nilai ekspor produk turunan nikel selama tiga tahun terakhir.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor bijih nikel dalam kurun waktu 2010-2019 atau 10 tahun, rata-rata sebesar US$ 710,095 juta dengan volume 23,28 juta ton.
Sementara itu, ekspor nikel ferro mencapai US$ 789,43 juta dengan volume 485.521 ton. Ekspor nikel dan barang dari nikel mencapai US$ 928,57 juta dengan volume 97 ribu ton.
Hanya dalam waktu tiga tahun (2020-2022), rata-rata nilai ekspor nikel ferro dapat meningkat dua kali lipat menjadi US$ 8,48 miliar sementara nilai nikel dan barang dari nikel melonjak menjadi US$ 2,69 miliar.
Pertumbuhan Ekspor Nikel Mentah & Olahan
Dari sisi berat, rata-rata volume ekspor nikel ferro melonjak menjadi 4,05 juta ton sedangkan nikel dan barang olahannya mencapai 346 ribu ton.
Hilirisasi juga membuat perekonomian wilayah tengah hilir, Maluku Utara, melesat. Sepanjang tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mampu melejit 22,94%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di antara 34 provinsi di Indonesia.
Hilirisasi juga membantu Maluku Utara menjadi salah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang terus tumbuh pada tahun 2020 selain Sulawesi Tengah dan Papua.
Total nilai ekspor Maluku Utara pada tahun 2022 melampaui US$ 8,19 miliar, meningkat 99,6%. Besi dan baja serta nikel menyumbang 99,34% dari total ekspor.
Maluku Utara mampu menarik investasi asing senilai US$ 4,5 miliar pada tahun 2022. Hanya kalah dari Sulawesi Tengah dan Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, mengatakan bahwa lonjakan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara merupakan buah manis dari hilirisasi. Pembangunan infrastruktur yang mendukung hilirisasi juga telah membantu ekonomi lokal tumbuh pesat.
Pertumbuhan Investasi Asing Sulawesi Tengah & Maluku Utara (US$ Ribu)