Putin dari Rusia tiba di Korea Utara untuk perjalanan yang jarang terjadi ketika keberpihakan anti-Barat semakin mendalam
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendarat di Korea Utara untuk kunjungan langka yang menandakan semakin eratnya hubungan kedua negara dan kebutuhan Moskow untuk mendapatkan senjata dari Pyongyang untuk mempertahankan perangnya terhadap Ukraina.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un secara pribadi menyambut Putin di jalur pesawat ketika ia tiba di ibu kota Korea Utara, Pyongyang, pada Rabu dini hari waktu setempat, menurut rekaman video kedatangannya.
Pasangan ini kemudian berkendara bersama ke Wisma Negara Kumsusan tempat Putin akan menginap, menurut media pemerintah Korea Utara KCNA. Dan kedua pemimpin “bertukar pemikiran terdalam mereka dan membuka pikiran mereka untuk lebih maju (Korea Utara-Rusia ) hubungan yang selaras dengan keinginan dan kemauan bersama dari masyarakat kedua negara.”
Setelah sampai di wisma, mereka mengadakan “ngobrol ramah”, tambah KCNA.
Jalan-jalan di Pyongyang di hiasi dengan bendera Rusia dan poster Putin menjelang kunjungan pertamanya ke negara tersebut sejak tahun 2000. Kunjungan minggu ini adalah perjalanan luar negeri yang jarang di lakukan. Putin sejak ia melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022, dan merupakan momen penting bagi Putin. Kim, yang belum pernah menerima pemimpin dunia lain di negaranya yang terisolasi secara politik sejak pandemi Covid-19.
Putin dari Rusia tiba di Korea Utara
Kunjungan Putin akan di awasi dengan ketat di seluruh dunia dan di perkirakan akan semakin mempererat kemitraan yang sedang berkembang antara kedua negara yang di landasi rasa permusuhan terhadap Barat dan di dorong oleh kebutuhan. Moskow akan amunisi untuk perang di Ukraina.
Setelah kunjungannya ke Korea Utara, Putin di jadwalkan melakukan perjalanan ke Hanoi untuk menunjukkan hubungan. Vietnam yang di perintah Komunis dengan Rusia yang kemungkinan akan membuat marah Amerika Serikat.
Kunjungan Putin ke Korea Utara akan memiliki agenda yang “sangat penting”, kata ajudannya Yuri Ushakov dalam konferensi pers hari Senin. Kedua pemimpin berencana menandatangani kemitraan strategis baru, kata Ushakov.
Ushakov menegaskan perjanjian itu tidak provokatif atau di tujukan terhadap negara lain. Namun di maksudkan untuk menjamin stabilitas yang lebih besar di Asia timur laut. Dia mengatakan perjanjian baru ini akan menggantikan dokumen yang di tandatangani antara Moskow dan Pyongyang pada tahun 1961, 2000, dan 2001.