Tersingkirnya Brasil dari Copa América menambah beban sejarah. Tersingkirnya Brasil dari Copa América menambahkan beban sejarah
Kemungkinan lebih bagus untuk menggagalkan perempat final Copa América hari Sabtu di antara Brasil dan Uruguay dan secara langsung meneruskan ke beradu penalti.
Nyaris tidak ada kerusuhan di antara ke-2 team di Las Vegas, karena benturan yang di tunggu-tunggu itu di warnai pelanggaran dan umpan yang keliru target. Di satu segi, ini ialah akibatnya karena lapangan yang di pakai di Copa ini , yang lebih kecil dari umumnya — sebuah permasalahan yang sudah membuat Brasil cemas sepanjang persaingan. Makin kecil lapangan, makin kemungkinan besar terjadi gesekan.
Namun, yang lebih bernilai, Brasil tersisih dari persaingan sebagai korban dari rasa grogi mereka sendiri. Ini ialah team yang berusaha di bawah beban sejarah, berusaha untuk bayar bill yang bukan jadi tanggung-jawab beberapa pemain sekarang ini, dan nampaknya ini membuat semuanya orang kerepotan.
Senin bisa menjadi peringatan sepuluh tahun laga itu , saat tuan-rumah kompetisi Brasil alami kekalahan 7-1 di semi-final menantang Jerman di. Piala Dunia FIFA 2014. Striker muda Endrick baru berumur 8 tahun di hari yang tentukan itu di Belo Horizonte. Salah satu kemenangan bisa di ingatnya — bila kita tidak ingat Piala Federasi lama, sama seperti yang dilaksanakan banyak orang — ialah kemenangan Copa tahun 2019.
Tersingkirnya Brasil dari Copa América menambah beban sejarah
Ini ialah salah satu kesuksesan. Brasil di Copa dalam 6 tahun akhir, dan mereka sekarang sudah meng ikuti lima Piala Dunia tanpa raih hadiah khusus. Mereka yang seusia Endrick, dan sedikit tua, belum bisa nikmati apa yang dahulunya di pandang seperti hak asasi manusia — menyaksikan negara mereka dikukuhkan sebagai juara dunia. Rasa frustrasi terus menimbun, dan itu mendistorsi pikiran.
Tidak ada argumen sedikit juga untuk menaruhkan. Vinícius Júnior — yang telah mendapatkan kartu kuning — dalam laga paling akhir group menantang. Kolombia pada Selasa lantas. Dengan tempat mereka di perempat final yang nyaris di tegaskan dengan matematis, Brasil tidak butuh terturut dalam pertarungan seru untuk merebutkan dominasi dengan. Kolombia yang menjalar. Vinicius mendapatkan lagi kartu kuning, dan senjata striker paling hebat Brasil tidak datang dalam laga yang terpenting tersebut.
Mengirimi Vinicius untuk hadapi Kolombia sudah pasti adalah kekeliruan pelatih Dorival Júnior. Figur yang eksper, dia semestinya jadi dampak yang menentramkan. Tetapi, dia nampaknya sudah terjangkit virus itu. Dia habiskan waktu kelamaan di tepi lapangan untuk mengoceh dan mengoceh mengenai keputusan wasit. Tiap pelatih mempunyai tiga pekerjaan khusus — pilih team, tentukan taktik, dan atur situasi emosional untuk tugas itu. Pada pekerjaan ke-3 , Dorival Júnior sudah menyebalkan dalam kompetisi kiprahnya. Pelatih yang tegang akan hasilkan team yang tegang.