Fakta Apa yang mematahkan Impian Amerika untuk Generasi Milenial. Apa yang mematahkan Impian Amerika untuk Generasi Milenial
Rachael Gambino dan Garrett Mazzeo merencanakan kehidupan finansial mereka berdasarkan buku: Mereka kuliah, membayar utang, menabung secara agresif, menikah, membeli rumah, memulai sebuah keluarga. Mimpi.
Namun saat duduk di meja dapur di rumah mereka di pinggiran kota Pennsylvania – sebuah aset yang mereka rasa beruntung untuk dimiliki sekaligus terjebak di dalamnya – mereka berkata bahwa mereka tidak akan mengulangi hal yang sama lagi.
Untuk putra mereka yang berusia sembilan bulan, Miles, Rachael, dan Garrett sepakat: Mereka tidak akan memaksanya untuk menempuh jalan yang sama.
“Saya pikir banyak generasi Milenial yang terpaksa mengatakan, ‘Anda memerlukan gelar sarjana empat tahun agar bisa sukses,’” kata Rachael, yang berusia 33 tahun.
Rachael dan Garrett tahu betapa beruntungnya mereka, baik yang memiliki pekerjaan tetap maupun orang tua yang bisa tinggal bersama sementara sementara mereka menabung untuk uang muka. Yang terpenting, mereka juga memiliki penyewa: adik perempuan Rachael, Kristen Gambino, 26, pindah tak lama setelah mereka membeli rumah tersebut pada tahun 2022, membantu mereka membayar hipotek sekaligus menyelamatkan dirinya dari pasar sewa yang semakin tidak terjangkau.
Namun pasangan itu masih merasa seperti berada di ujung tanduk. Kehidupan mereka sehari-hari ditentukan oleh spreadsheet di mana Garrett, 35, dengan cermat mengelola setiap dolar yang masuk dan keluar.
Fakta Apa yang mematahkan Impian Amerika untuk Generasi Milenial
“Inilah Impian Amerika,” kata Rachael. “Tetapi berapa biayanya? Berapa yang kita bayar untuk American Dream sekarang?”
Dari satu krisis ke krisis berikutnya
Ada persepsi yang begitu lazim di Amerika pasca-Covid sehingga menjadi klise: Perekonomian bagus. Namun suasananya buruk.
Setelah berhasil melewati resesi tahun lalu. Kita memasuki masa resesi di mana hampir semua data ekonomi menunjukkan bahwa Amerika Serikat sedang berkembang. Namun masyarakat belum begitu merasakan dampaknya.
Dalam jajak pendapat CNN yang di lakukan bulan lalu, 71% warga Amerika mengatakan kondisi ekonomi di negara tersebut “buruk”. Dan 38% menyebut mereka “sangat miskin.” Dan hal ini lebih baik di bandingkan pada musim panas tahun 2022. Ketika 82% mengatakan perekonomian sedang buruk.
Penyebab di balik dampak buruk ini sudah jelas: harga-harga yang tinggi. Pasar perumahan yang sulit di tembus. Kesenjangan yang terus-menerus. Dan meningkatnya utang.
Inflasi yang sudah mencapai tingkat tinggi selama beberapa dekade akhirnya kembali melanda bumi. Namun dampaknya adalah harga-harga yang tinggi – sebuah pengingat setiap hari akan betapa banyak lagi yang kita habiskan untuk kebutuhan dasar dan kesenangan yang kita tolak selama pandemi ini. Seperti tiket konser dan liburan.